FLPJatim.com,-Apakah
perpustakaan sekolah sepi dan jarang dikunjungi siswa? Di sekolah tempatku
bekerja awalnya sepi. Dalam sebulan hanya beberapa orang saja yang berkunjung ke
perpustakaan dan anak-anaknya itu-itu saja, oleh karena itu kami melakukan
beberapa gebrakan agar anak-anak mau mengunjungi perpustakaan. Dan hasilnya
anak-anak banyak yang berkunjung ke perpustakaan. Apalagi sekarang literasi
tidak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan. Dengan adanya AKM (Assesmen
kompetensi minimal) yang titik tekannya pada literasi dan numerasi mau tidak
mau setiap sekolah harus mempunyai budaya baca di sekolahnya. Berikut beberapa
tips meningkatkan minat baca di sekolah.
1.
Membuat slogan
membaca
Pertama
yang kami lakukan untuk menumbuhkan kebiasaan membaca adalah membuat slogan
membaca sebanyak-banyaknya. Slogan-slogan budaya literasi ini kami tempelkan di
tempat-tempat yang mudah dilihat anak-anak, misalnya di dinding halaman, koridor
ataupun di lorong.
Membaca membuka
cakrawala dunia.
Buku adalah teman
terbaik.
Zaman gini gak baca,
ketinggalan zaman oey!
Adalah beberapa bunyi
slogan tersebut.
2.
Jadwal pekanan
berkunjung ke perpustakaan.
Tak
hanya itu saja, Untuk memperkenalkan perpustakaan kepada anak-anak, kami membuat
jadwal kunjungan. Kunjungan itu dilakukan setiap seminggu sekali. Pada saat pelajaran
bahasa Indonesia setiap kelas bergiliran datang ke perpustakaan sesuai waktu
yang dijadwalkan. Jadi setiap seminggu sekali anak-anak mendapat giliran ke
perpustakaan. Kami berharap dari kunjungan itu anak-anak mulai akrab dengan
perpustakaan dan jika ada kesempatan mereka bisa pergi ke perpustakaan sendiri.
3.
Menambah jumlah
koleksi buku
Agar anak-anak lebih tertarik berkunjung ke perpustakaan kami memenuhi perpustakaan dengan berbagai macam buku. Kalau dulu koleksinya lebih banyak buku teks pelajaran, kali ini kami menganggarkan belanja buku-buku non teks yang sesuai dengan jenjang sekolah dasar. Kami berharap semakin banyak koleksi buku di perpustakaan, anak-anak akan semakin tertarik untuk berkunjung ke perpustakaan, pengetahuan mereka juga akan semakin luas dan tentu saja mereke bisa leluasa meminjam buku. Dan setiap buku baru yang datang, petugas perpustakaan mendisplay buku-buku tersebut di jendela kaca perpustakaan atau di rak display.
4.
Sinopsis buku
terpilih
Di depan perpustakaan kami memasang sebuah papan informasi. Di papan itu kami menuliskan jadwal seluruh informasi yang berhubungan dengan perpustakaan, salah satunya menuliskan sinopsis buku. Dari sinopsis itu diharapakan akan muncul rasa penasaran dalam diri anak. Berangkat dari penasaran tersebut anak-anak akhirnya mau tidak mau masuk ke perpus dan membaca buku tersebut.
5.
Gerobak buku
Anak-anak
hanya punya kesempatan ke perpustakaan ketika ada jadwal atau di waktu istirahat.
Dengan istirahat yang hanya 30 menit biasanya ada yang tidak sempat pergi ke
perpustakaan. Waktu istirahat kadang mereka hanya cukup untuk makan dan bermain
sebentar . Perpustakaan ada di lantai 3 sedangkan kantin ada di lantai 1.
Karena itu kami membuat gerobak buku. gerobak itu kami sebut dengan
perpustakaan keliling. Gerobak buku kami tempatkan di lapangan sekolah. Di
tempat yang mudah dijangkau oleh semua siswa. Buku-buku yang ada di gerobak
tersebut hanya boleh dibaca, tidak boleh dipinjam. Dan terbukti setiap ada
kesempatan anak-anak mengambil buku dan membaca di tempat. Setelah membaca dikembalikan
lagi di tempatnya.
6.
Bercerita
Kami
juga membuat program bercerita di depan umum setiap bulan. Pada waktu apel pagi
kami memberikan tantangan kepada anak-anak untuk berani berbicara di depan umum.
Hal itu dilakukan untuk mengetahuan tingkat pemahaman anak-anak dalam membaca
buku, tidak itu saja, dengan berani bercerita di hadapan semua teman-temannya
juga bisa melatih anak untuk lebih percaya diri untuk tampil di depan dan
menyampaikan pendapatnya terhadap buku yang dibaca. Dan tentu saja sebagai balasannya
anak yang berani akan mendapatkan hadiah.
7.
Pengunjung Teraktif
Indikasi
sebuah perpustakaan berhasil adalah jika pengujungnya banyak. Oleh karena itu
untuk mendongkrak anak yang berkunjung di perpustakaan kami memberikan
penghargaan pada anak yang sering berkunjung ke perpustakaan. Dan kami umumkan
setiap bulan sekali dengan tiga kategori. Kategori kelas bawah (kelas 1-3), kelas
atas (kelas 4-5) dan juga guru.
8.
Pohon literasi
Di
setiap kelas kami tempel pohon literasi. Pohon literasi kami buat dari banner
dengan gambar pohon tanpa daun atau pun buah. Setiap anak yang selesai membaca
buku, dia menuliskan di sebuah kertas. Di atas kertas dituliskan judul buku dan
penulisnya, lalu ditempelkan pada pohon tersebut. Jika pohonnya rindang itu
artinya banyak anak yang telah membaca buku.
9.
Pojok baca
Setiap
kelas wajib punya pojok baca. Di sudut kelas kami beri rak dengan alas dan didesain
senyaman mungkin. Lantas buku-bukunya dari mana? apakah dari sekolah atau
perpustakaan? Buku-buku di pojok kelas sendiri yang mengadakan. Biasanya
buku-buku itu diperoleh dari sumbangan para siswa. Buku-buku siswa yang sudah
tidak terbaca lagi di rumah bisa ditaruh di kelas, dan bisa dibaca juga oleh
teman-temannya yang lain.
10.
Pemutaran Film
Pemutaran
film anak-anak kami pilih untuk mengangkrabkan anak-anak dengan perpustakaan.
Bagi anak-anak yang tidak suka membaca tetapi lebih suka visual, maka menonton
film bermutu bisa menjadi solusi. Film-film bermutu bisa menjadi bahan
pembelajaran. Dan anak yang tadinya enggan ke perpustakaan lambat laun bisa
menjadi lebih suka berkunjung ke perpustakaan. Pemutaran film ini biasanya
dilakukan tiga hari berturut-turut sesudah Ujian akhir semester atau ujian
kenaikan kelas.
Tidak ada komentar