Reportase Oleh : Teguh Wibowo
“Ya
Robb ... sejatinya FLP tak pernah butuh kita, kitalah yang selayaknya bersyukur
atas keberadaan FLP, dan kita ada di sana atas izin-Nya.” (Rita Lili Rustiana, 28-1-2019)
Sumbu
pelita kembali dinyalakan. Lembaran putih kembali disemai. Kalam dan pena
kembali digoreskan. Inilah organisasi FLP, roda kehidupan harus terus dipompa.
Butuh saling kesinambungan. Jika ada satu atau beberapa kendala harus lekas dicarikan
solusi. Termasuk kondisi kepengurusan di cabang apabila kurang berkembang.
Pertengahan
bulan Februari ini, FLP Pamekasan dan FLP Sumenep termasuk cabang yang masa
periode kepengurusannya sudah habis. Maka perlu diadakan lagi pemilihan ketua
cabang dan selanjutnya menyusun struktur kepengurusan yang baru. Untuk itulah,
dua cabang FLP di Pulau Garam ini menggelar agenda bersama: musyawarah cabang
(muscab), bertempat di aula Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten
Pamekasan, Ahad (17/2/2019).
Muscab
biasanya harus dihadiri oleh perwakilan dari pengurus FLP Wilayah Jawa Timur. Selain
itu, FLP Jatim memang merencanakan turba (turun bawah) ke Madura. Turba adalah
bentuk inisiasi untuk bersilaturahmi dan memberi motivasi bagi cabang.
Koneksi
Ilahiah
Turba rencananya akan
dihadiri oleh Pak Rafif, Mbak Ami, Mbak Wiwik, dan Mbak Hiday. Bahkan, Pak
Rafif sudah tiba di Pamekasan pada hari Sabtu (16/2), Qadarullah wa Maa Sya’a Fa’al, beliau mendapat kabar jika istrinya
sedang sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Maka, Pak Rafif pun kembali ke
Sidoarjo. Otomatis hal ini membuat kondisi psikologis teman-teman cabang yang
bersiap muscab maupun pengurus wilayah agak terguncang. Dan, Mbk Ami pun
mengharap bantuan kehadiran pengurus yang lain.
Misalnya,
Mbak Hiday yang awalnya masih pertimbangan serius karena juga bakal kedatangan
tamu di Sanggar Caraka-nya, akhirnya nekat berangkat ke Madura. Saya sendiri yang
awalnya izin tidak ikut turba, pada Sabtu malam menghubungi Ivan Aulia (yang
sudah pernah singgah ke Pamekasan) guna menemani saya.
Bakda
subuh saya menjemput Ivan di rumahnya, lalu kami berangkat menuju terminal
Purabaya. Pukul enam pagi, kami sudah tiba di ruang tunggu terminal. Sambil menunggu
Mbak Hiday datang, kami sarapan di sana. Mbak Hiday datang mengajak putri
kecilnya. Kemudian, kami berempat naik bus AKAS jurusan Madura. Sekitar pukul
tujuh pagi, bus keluar dari terminal Purabaya. Sementara itu, Mbak Wiwik
kabarnya diantar oleh suaminya.
Di Madura perjalanan
agak macet. Di tengah perjalanan, kami tidak mengira jika Mbak Wiwik juga naik
di bus yang sama dengan kami. Awalnya Mbak Wiwik berdiri di bagian depan karena
semua bangku sudah terisi. Saya, Ivan, dan Mbak Hiday; tidak ada yang tahu
kalau Mbak Wiwik tadi berdiri di situ.
Seiring waktu, seorang
penumpang yang duduk di samping Mbak Hiday, turun, sehingga Mbak Wiwik bisa
menempati bangku kosong itu. Maka, keheranan kami pun tersibak. Ternyata Mbak
Wiwik tadi naik bus dari Tanah Merah, Bangkalan. Saya membatin: inilah koneksi
ilahiah. Ada ikatan spiritual, orang-orang yang hati dan pikirannya terhubung
kepada Sang Maha Pencipta (Allah SWT). Entah melalui doa, zikir, selawat, keikhlasan,
pengorbanan, atau amalan lain. Siapa pun yang dekat dengan Allah, insyaallah akan dinaungi hal-hal ajaib dan
mengagumkan.
Muscab
FLP Pamekasan
Alhamdulillah, kami tiba di terminal
Ronggosukowati, Pamekasan, sudah pukul sebelas siang. Artinya perjalanan kami
lalui sekitar empat jam. Masing-masing dari kami dijemput dengan empat motor
oleh empat kawan FLP. Tiba di perpustakaan, kami menuju lantai atas. Kami
dijamu hidangan khas Madura, sementara itu FLP Pamekasan mengadakan pemilihan
ketua baru melalui voting (pemungutan
suara).
Selain muscab, tampak kelihaian
pengurus FLP Pamekasan dengan memaksimalkan kehadiran pengurus FLP Jatim. FLP
Pamekasan sekaligus menggelar seminar bertajuk “Meet & Greet Penulis Kece
FLP Jatim” dengan tema “Berhenti Berharap, Mulailah Menulis”.
Ada
dua kandidat pada pemilihan kali ini. Nomor urut 1: Sirajul Munir (Rajul) dan nomor
urut 2: Maftuhatin Nikmah (Nikmah). Muscab ini dihadiri oleh ranting-ranting di
FLP Pamekasan, seperti Ranting Al-Mujtama putra (santri putri tidak hadir
karena ada acara di lembaganya), dan Ranting Banyuanyar putra dan putri. Sementara
itu, Ranting Semar tidak bisa hadir karena surat izinnya telat tersampaikan,
sehingga pihak pondok tidak merestui.
Dalam
voting ini Rajul memperoleh 15 suara
dan Nikmah 11 suara, serta ada satu suara tidak sah. Rajul yang mendapat suara
terbanyak harusnya menjadi ketua, namun menyatakan diri bahwa ia tidak berkenan
karena masih terikat dengan tanggung jawab dan peraturan pondok pesantren.
Sehingga Nikmah yang lebih siap, akhirnya bersedia menjadi ketua FLP Pamekasan
periode 2019-2021. Nikmah menggantikan ketua sebelumnya, Moh. Rofiki.
Muscab
FLP Sumenep
Setelah salat zuhur,
makan, dan istirahat, acara dilanjutkan dengan seminar kepenulisan. Sebagai
pembicara pertama ada Mbak Hiday dan kedua Ivan Aulia. Sedangkan saya dan Mbak
Wiwik memandu muscab FLP Sumenep di lantai bawah. Sesuai wejangan dari Pak
Rafif, ketua FLP Sumenep diamanatkan kepada Fendi.
Mendengar hal itu,
Fendi agak kaget. Ia sempat menolak dan menyerahkan kepada generasi yang lebih
muda daripada dirinya. Namun, melalui negosiasi, akhirnya Fendi bersedia
menjadi ketua FLP Sumenep periode 2019-2021. Fendi menggantikan posisi ketua
sebelumnya, Khairul Arifin Angwa.
Kami memberi arahan
untuk membentuk struktur kepengurusan, memberi saran tentang bagaimana mengadakan
oprec, kegiatan sederhana yang bisa
dilaksanakan, kemudian juga membuat laporan kegiatan, dan hal-hal lainnya.
Muscab ini berlangsung santai, tidak sampai satu jam. Setelah selesai, kemudian
saya dan Mbak Wiwik kembali ke lantai atas menemui acara FLP Pamekasan,
meninggalkan FLP Sumenep berdiskusi.
Pukul tiga sore acara
seminar baru selesai dan setengah jam kemudian kami semua meninggalkan
perpustakaan. Rombongan kami diantar lagi ke terminal. Semua kembali ke Pulau
Jawa. Kami naik bus berlainan. Mbak Hiday bersama Mbak Wiwik pulang lebih dulu.
Saya dan Ivan kemudian, singgah ke musala dulu.
Perjalanan ke Pamekasan
terasa berkesan. Suka dan duka telah diikhlaskan. Selain itu, kami masih diberi
oleh-oleh untuk dibawa pulang. Wah, merepotkan sekali. Tapi, terima kasih banyak
, ya, teman-teman untuk semua jamuannya. Go! Go! Go! FLP Pamekasan dan FLP Sumenep.
Semangat ya ... semoga langgeng. Bravo!
Tidak ada komentar