Sering sekali mendengar keluhan
seperti ini dari para ibu, “Duuhh …
anakku nggak suka baca buku. Percuma beli buku cerita mahal-mahal cuma
teronggok di pojokan lemari.” Atau “Anakku belum bisa baca, buat apa beli buku,
sayang kalau disobek-sobek.”
Gubrak! Ibuk, bagaimana
anak-anak terutama di usia balita mau suka buku dan baca kalau tidak dibiasakan
sejak dini. Bagaimana anak bisa membaca
kalau tidak dikenalkan buku. Nah, buku-buku itu tentunya tidak hanya ditaruh di
depan anak, lalu dengan ajaib anak akan dengan suka cita melahapnya. Jadi
buku-buku itu harus dibacakan, dikisahkan, diceritakan kepada mereka.
Berkisah adalah metode yang
istimewa dalam menanamkan nilai-nilai mulia. Berkisah adalah salah satu teknik
terbaik dalam upaya penyampaian pesan penuh hikmah pada anak-anak. Berkaca pada Rasulullah, konsep pendidikan pertama
yang dilakukan Rasulullah pada para sahabatnya adalah dengan berkisah.
Tigabelas tahun fase Makkah
adalah fase pembentukan pondasi iman, aqidah dan ahlak. Wahyu yang diturunkan
oleh Allah di fase itu berisi tentang kisah-kisah pembagun jiwa. Kisah-kisah umat-umat terdahulu. Bukan perintah tentang ibadah atau muamalah.
Dengan kisah-kisah itu, Rasulullah menyeru dan menyentuh hati para sahabat tanpa kesan menggurui dan memaksa.
Lalu apa manfaat berkisah untuk
anak-anak? Berdasarkan pengalaman yang saya rasakan, inilah beberapa manfaat
berkisah atau bercerita :
1. Menumbuhkan kelekatan dan
kedekatan dengan ayah ibu.
Biasanya
waktu paling nyaman untuk membacakan buku adalah sambil santai-santai,
baring-baring di kasur atau ketika anak-anak masih kecil dipangku atau
tidur-tiduran di pangkuan Ayah atau Ibu. Kedekatan dan kelekatan ini membuat
anak merasa nyaman, sentuhan, ekspresi dan suara ibu atau ayah juga akan
direkam erat di memori anak, terutama usia bayi atau balita. Berdasarkan yang
saya baca, perasaan nyaman pada anak, membuatnya tumbuh menjadi anak yang
percaya diri.
2.
Ada nilai-nilai yang disampaikan
yang akan membentuk perilaku positif pada anak
Anak-anak
adalah ibarat kaset kosong, yang merekam dengan baik segala apa yang dilihat,
didengar, dan dirasakan. Dengan rajin membacakan cerita, yang mengandung nilai-nilai
positif, seperti sirah tentang nabi dan rosul, kisah para sahabat dll .
InshaAllah nilai-nilai baik itu kelak akan direfleksikan pada
perilakunya.
Saat
menjelang tidur adalah waktu yang menurut saya paling tepat untuk membacakan
buku cerita, karena kita dalam keadaan rileks. Juga bisa meredam polah tingkah
anak-anak yang biasanya masih pecicilan meski sudah larut.
Yang
saya tahu, justru saat di ambang tidur itu, gelombang otak dalam kondisi
teta sehingga lebih bisa merekam nilai-nilai kebaikan di memori bawah sadarnya.
3. Memberikan pengetahuan baru.
Jangan
khawatir, meskipun anak-anak belum bisa membaca, tapi mereka bisa melihat, mendengar,
merasakan dan merekam. Jadi abaikan saja kalau ada yang nyinyir, "Hallah
wong bayi belum bisa baca, malah eman-eman bukunya dikruwes" . Ingat,
jaman now sudah ada book board dan soft book yang tahan kruwes.
Jalinan
cerita yang didengar, serta gambar warna-warni yang dilihat memberikan
pengetahuan baru, dan merangsang daya pikir dan imajinasinya. Selanjutnya harus
menyiapkan stok sabar menjawab rentetan pertanyaan dari mulut mereka. "Kok
begini. Kok begitu. Ini kenapa. Itu kenapa "
4.
Mengembangkan keterampilan berbahasa anak
Selain
menambah pengetahuan, membacakan cerita akan melatih kemampuan berbahasa anak.
Ketika nanti tiba masanya sekolah, anak sudah biasa mendengar gurunya bicara di
depan kelas. Berbeda jika anak-anak biasa melihat TV dengan komunikasi searah
dan gambar yang berkelebat cepat. Pasti anak anak males mendengar guru
berbicara di depan.
Buku-buku
sekarang juga sudah beragam. Desain buku anak yang menarik, ada lembar kreatifitas, ada buku yang
menguarkan bau wangi, pop up, buku yang
bisa disusun, buku yang bersuara, membuat motorik anak-anak juga ikut
terlatih.
5.
Memaksimalkan kecerdasan dan mengembangkan keterampilan motorik anak
Berdasarkan
penelitian, anak-anak yang terpapar bayak bacaan pola aktivasi otaknya akan
berbeda dengan anak yang jarang dibacakan buku. Karena di usia itu,
simpul-simpul otak sedang tumbuh dan saling menyambung, jika otak diaktifkan
dengan dibacakan buku, maka simpul-simpul itu akan lebih cepat dan maksimal
berkembangnya. Jadi tidak usah menunggu anak besar, sejak dalam kandungan bayi
sudah bisa dibacakan buku cerita. Karena organ yang pertama berfungsi pada
janin adalah indera pendengarannya.
6.
Mengasah kemampuan anak untuk mendengarkan
Mendengar
adalah sebuah ketrampilan yang harus diasah. Melatih empati dan simpati anak,
untuk mendengarkan orang lain berbicara. Juga melatih jika nanti anak
masuk sekolah. Kalau nggak dilatih mendengarkan, bisa bosen mendengar guru berbicara
di depan kelas.
7.
Menanam dan menumbuhkan cinta buku, dan baca
Membacakan
cerita, berarti orang tua telah selangkah lebih maju mengenalkan sebuah benda
jendela pengetahuan. Perkenalan sejak dini dengan BUKU akan menumbuhkan kecintaan
anak terhadap buku, selanjutnya anak akan semangat belajar membaca, kemudian
menulis.
Insyaallah
sampai anak beranjak dewasa, minat bacanya akan semakin menyala
8.
Menjadi Jejak Sederhana yang Akan Selalu Dikenang
Dengan
berkisah atau membacakan buku kepada
anak, semoga akan menjadi jejak sederhana dari Ayah dan Ibu, yang akan selalu
dikenang dan dirindu kelak ketika anak-anak telah dewasa.
Pengasuhan adalah mengulang-ulang pesan
kebaikan secara terus menerus. Salah satunya dengan membacakan kisah dan cerita
pembangun jiwa. Yuk berkisah. Yuk bercerita J
*Vanda
Terima kasih atas kesempatan bisa mengunjungi blog dan tulisan ini
BalasHapusSangat bermanfaat
Semoga bisa mengaplikasikan dalam mendampingi tumbuh kembang anak bersama buku.